Oleh Mujianto, M.Pd.
Sudah satu tahun saya membina majelis belajar
al-Qur’an di suatu perumahan yang pesertanya adalah para pensiunan. Ada yang
dulunya kepala cabang bank, fisioterapis, dosen, nahkoda kapal dan pengusaha.
Yang menarik dan membuat saya bertanya. Apa motivasi mereka belajar al-Qur’an?
Mereka menjawab, ingin mempunyai bekal menghadap Sang Khaliq, dan mereka
seperti merasa ada penyesalan karena selama ini hanya sibuk dengan urusan
dunia.
Saya merasa beruntung, selain mengajarkan al-Qur’an
saya juga mendapatkan momen untuk bisa belajar dari beliau-beliau. Belajar
tentang kehidupan secara luas. Mereka rata-rata usia 70 tahun ke atas. Saya
mendengar dan melihat sendiri aset yang mereka punyai, serta cerita kesuksesan
yang sudah diraih diprofesinya masing-masing. Tentu, mereka sudah mengalami
jatuh-bangun, dan merasakan manis-pahitnya kehidupan. Ada yang bercerita di
sela-sela belajar, merasa hidupnya saat itu siang malam digunakan hanya untuk
urusan harta dunia. Dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan al-Qur’an.
Tugas saya tidak mudah, tidak hanya terpaku pada
mengajarkan membaca al-Qur’an saja, tetapi bagaimana terus bisa menjaga
semangat mereka, agar tidak putus karena sulitnya belajar al-Qur'an di usia
senja. Memang, al-Qur’an adalah salah satu bekal terbaik menghadap Sang Khaliq.
Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah. Ketika seseorang menjadi keluarga Allah,
maka akan dijaga oleh Allah dan kebutuhannya akan
terpenuhi. Ahlul Qur’an adalah
orang yang senantiasa berinteraksi dan mengamalkan isi al-Qur’an. Salah satu bentuk interaksi
dengan al-Qur’an adalah
orang yang belajar dan senantiasa membaca al-Qur’an.
Saya pribadi, mendapatkan pelajaran berharga, dan
menjadi sebuah pengingat yang selalu melekat, bahwa sebaik-baik tujuan adalah
Allah SWT., dan sebaik-baik masa depan adalah surga. Selama kita menjadikan
Allah SWT. sebagai tujuan, maka kita sedang berada di jalan yang tepat.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Sungguh, dia
memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imron: 185)
Mengutip dari dawuh gus Baha, "Dunia itu penting. Lebih penting daripada
akhirat."
Maksudnya adalah kehidupan kita di akhirat adalah efek dari kehidupan kita di
dunia. Jangan sampai kita gagal hidup di dunia dengan tidak membawa bekal dan
prestasi ibadah untuk kehidupan akhirat yang kekal. Wallahu a’lam. Semoga
bermanfaat!
Semolowaru,
20 Desember 2023