Senin, 02 Juni 2025

KEPENTINGAN

 

Oleh Mujianto, M.Pd.


Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!

(Ir. H. Soekarno, Presiden Pertama Indonesia, th. 1901 - 1970)

 

Kita selalu berbicara soal prinsip, tapi berperilaku sesuai kepentingan.

(Walter Savage Landor, penyair dari Britania Raya th. 1775 - 1864)

 

Secara etimologi, kepentingan memiliki arti kepemilikan, keinginan, urusan, dan lain-lain. konsep kepentingan dalam analisa sosial menurut Swedberg mirip dengan Weber, kepentingan mendorong tindakan manusia tetapi elemen sosial (dalam Weber, agama) menentukan ekspresi dan arah tindakan apa yang akan diambil. Kepentingan dapat berbentuk materi atau ide.

Kepentingan pribadi dan kepentingan bersama adalah dua hal yang sering kali berjalan berdampingan, namun bisa bertentangan jika tidak dikelola dengan bijak.

Lembaga dibentuk untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan aturan dan etika yang disepakati. Membawa kepentingan pribadi ke dalam lembaga adalah tindakan yang dapat merusak integritas dan stabilitas organisasi. Ketika seseorang memanfaatkan posisi atau wewenangnya untuk keuntungan pribadi, baik dalam bentuk materi, jabatan, maupun pengaruh, maka keputusan yang diambil cenderung tidak objektif dan mengabaikan nilai-nilai profesionalisme. Hal ini bisa menyebabkan ketidakadilan, menurunkan kepercayaan rekan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh konflik.

Oleh karena itu, semua anggotanya wajib mengedepankan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Komitmen terhadap transparansi, akuntabilitas, dan kerja sama adalah kunci untuk menjaga kredibilitas lembaga. Dalam jangka panjang, hal ini dapat melemahkan sistem, memicu ketidakpercayaan anggota, dan bahkan merusak reputasi lembaga atau komunitas tempat individu tersebut berada.

Mengedepankan kepentingan umum adalah salah satu bentuk nilai luhur Pancasila yang sangat penting untuk dapat dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ukuran mengedepankan kepentingan umum berkaitan erat dengan kemaslahatan bersama, tujuan bersama dan bernilai kemanusiaan.

Dalam praktiknya, menjaga kepentingan lembaga berarti tidak melakukan tindakan yang merugikan nama baik atau kestabilan organisasi, seperti menyalahgunakan wewenang,

 

Pemimpin Bijaksana: Menyatukan Kepentingan Pribadi dan Kepentingan Bersama dalam Satu Nilai Etis

Seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya dituntut untuk memiliki visi dan kemampuan manajerial, tetapi juga kepekaan etis dalam menyeimbangkan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Kepemimpinan bukan sekadar posisi strategis untuk meraih pengaruh atau keuntungan pribadi, melainkan amanah besar yang harus dijalankan demi kesejahteraan banyak orang.

Ketika seorang pemimpin lebih mengutamakan keuntungan pribadi, baik dalam bentuk kekuasaan, maupun citra, ia cenderung menyalahgunakan kewenangannya. Sebaliknya, pemimpin yang menomorsatukan kepentingan umum menunjukkan integritas moral, karena ia sadar bahwa kepemimpinan sejati adalah pengabdian, bukan privilese (hak yang bersifat istimewa).

Kepentingan pribadi tidak harus selalu dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Pemimpin yang bijaksana justru mampu menyelaraskan aspirasi pribadinya, seperti keinginan untuk dikenal sebagai pemimpin sukses dengan pencapaian tujuan kolektif, atau tujuan bersama. Dalam hal ini, etika menjadi fondasi yang mengarahkan ambisi pribadi agar tetap berada dalam kerangka tanggung jawab sosial. Pemimpin yang memiliki cita-cita besar, tetapi tidak melupakan hak dan kebutuhan rakyat, akan menciptakan warisan kepemimpinan yang tidak hanya kuat secara politis, tetapi juga luhur secara moral.

Dengan demikian, kepemimpinan yang etis adalah kepemimpinan yang mampu menjembatani kepentingan pribadi dan umum dalam satu kesatuan nilai. Pemimpin yang bijaksana tahu kapan harus mengalah atas nama kebaikan bersama, namun juga tahu kapan harus tegas dalam menjaga prinsip. Ia bukan hanya bertindak berdasarkan kekuasaan, tetapi berdasarkan nurani. Dalam dunia yang penuh godaan akan kekuasaan dan keuntungan pribadi, sosok seperti inilah yang mampu menjaga kepercayaan publik dan menjadi teladan moral bagi generasi yang akan datang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar