Selasa, 09 September 2025

Cara Pandang

 


Oleh Mujianto, M.Pd.

 

Cara pandang adalah perspektif atau sudut pandang yang digunakan seseorang dalam menilai suatu hal, baik itu peristiwa, orang lain, maupun dirinya sendiri. Cara pandang tidak terbentuk secara instan, melainkan hasil dari proses panjang yang dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman hidup, hingga lingkungan sosial.

Setiap orang memiliki cara pandang yang unik, namun tidak semua cara pandang membawa dampak positif. Ada yang terbuka, kritis, dan toleran, namun ada pula yang sempit, kaku, bahkan diskriminatif. Oleh karena itu, penting untuk mengasah dan mengembangkan cara pandang agar tidak hanya didasarkan pada prasangka atau emosi sesaat, melainkan pada pertimbangan yang rasional, dan bijaksana.

 

Meningkatkan Kualitas Cara Pandang

Dalam kehidupan sehari-hari, cara pandang berpengaruh besar terhadap sikap, pengambilan keputusan, serta relasi sosial. Oleh karena itu, mengasah cara pandang menjadi bagian penting dari proses pembentukan karakter dan kebijaksanaan pribadi. Apalagi yang sedang mempunyai amanat sebagai seorang pemimpin, cara pandangnya mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang akan dirasakan orang banyak.

Mengasah cara pandang berarti melatih diri untuk melihat segala sesuatu tidak hanya dari satu sisi, melainkan secara lebih luas dan mendalam. Ini melibatkan kemampuan berpikir reflektif, terbuka, serta kesediaan memahami pandangan orang lain.

Menurut Darmaprawira, dalam buku Pendidikan Kewargaan yang Demokratis. Individu yang cara pandangnya tajam dan bijak tidak mudah terjebak dalam penilaian sepihak, fanatisme, atau prasangka. Sebaliknya, ia mampu menimbang suatu persoalan dengan pertimbangan rasional dan empatik

Pengalaman hidup juga memainkan peran penting dalam memperkaya cara pandang. Bertemu dengan orang dari latar belakang berbeda, menjelajahi tempat baru, atau menghadapi situasi sulit dapat membuka perspektif yang sebelumnya sempit. Istilah yang popular di kalangan orang Jawa, Ketika melihat orang yang berpikiran sempit disebut dengan ‘Duline kurang adoh’ bukan karena tidak pernah berkunjung ke tempat yang jauh, tapi karena tidak bisa mengambil suatu pelajaran.

Selain pengalaman, membaca buku, berdiskusi, dan mendengar cerita dari orang lain adalah sarana penting dalam mengasah cara pandang. Buku membuka jendela ke dunia lain, memperkenalkan sudut pandang baru, dan memperluas cakrawala berpikir. Diskusi yang sehat mendorong kita untuk mempertimbangkan pendapat berbeda

Menurut Moeljono dalam buku Character Building: Membangun Karakter Bangsa, bahwa Proses berliterasi, dan berdiskusi yang sehat membantu individu keluar dari “zona nyaman berpikir” dan mendorong lahirnya cara pandang yang lebih matang.

Cara pandang adalah sudut atau perspektif seseorang, dan mengasah cara pandang bukan hal yang mudah, terutama di tengah masyarakat yang cenderung mengedepankan penilaian instan dan hitam-putih. Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh perbedaan, cara pandang yang luas dan bijak menjadi bekal penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai, dan beradab. Wallahu a’lam bis-shawab.

Rabu, 03 September 2025

Mustahil, Perubahan Tanpa Berubah

 



Oleh Mujianto, M.Pd.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

(QS. Ar-Ra’d: 11)

 

Perubahan adalah satu-satunya hal yang pasti dalam hidup. Namun ironisnya, banyak orang menginginkan hasil yang berbeda dalam hidup mereka, tanpa benar-benar mengubah perilaku, kebiasaan, atau pola pikir yang selama ini mereka jalani. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan untuk berubah, namun lemahnya kesadaran bahwa perubahan sejati menuntut tindakan nyata.

Salah satu penyebab utama proses perubahan yang gagal adalah ilusi bahwa cukup dengan niat dan harapan, segalanya akan berbeda. Padahal, niat tanpa ikhtiar hanyalah omong kosong. Seseorang bisa memiliki visi besar untuk masa depan, namun jika cara hidupnya masih seperti kemarin, maka hasil yang diterima juga akan sama seperti hari-hari sebelumnya.

Dalam kehidupan spiritual, pendidikan, karir, maupun hubungan sosial, prinsip ini tetap berlaku. Misalnya, seseorang yang ingin lebih dekat dengan Tuhan tidak bisa hanya berharap keimanan meningkat tanpa memperbaiki amal, memperbanyak ibadah, dan menjauhi maksiat. Seorang pelajar tidak bisa berharap nilai naik tanpa belajar lebih keras. Seorang pemimpin tidak bisa berharap perubahan dalam organisasi tanpa mengubah cara ia memimpin.

Perubahan bukan hanya tentang tindakan, tetapi juga cara berpikir. Banyak orang ingin berubah, namun tidak siap untuk berpikir dengan cara baru. Maka diperlukan banyak literasi dan belajar dari pengalaman. Pola pikir (mindset) adalah akar dari segala tindakan. Tanpa perubahan mindset, perubahan perilaku hanya akan sementara dan tidak berkelanjutan.

 

Refleksi untuk Lembaga Pendidikan dalam Meningkatkan Daya Saing

Hal yang sama berlaku untuk sebuah organisasi, tim, seperti lembaga pendidikan sekolah menuntut perubahan untuk hasil yang lebih baik. Di tengah persaingan antar lembaga pendidikan yang semakin ketat, setiap sekolah tentu menginginkan peningkatan jumlah murid baru setiap tahun ajaran. Peningkatan jumlah murid di tahun ajaran sebelumnya harus dipahami secara mendalam penyebabnya. Apakah karena memang kualitas lembaga yang bagus ataukah suatu keberuntungan? Jika dipahami hanya suatu keberuntungan, maka perlu kewaspadaan.

Dalam dunia pendidikan yang dinamis, tidak mungkin ada hasil baru tanpa upaya baru. Harapan untuk menarik lebih banyak murid akan tetap menjadi harapan semu jika lembaga masih mempertahankan cara kerja lama yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan zaman.

Orang tua saat ini semakin selektif dalam memilih sekolah bagi anak-anak mereka. Mereka tidak hanya melihat fasilitas fisik, tetapi juga nilai-nilai yang ditanamkan, pendekatan pendidikan yang digunakan, serta rekam jejak prestasi dan budaya sekolah.

Lembaga pendidikan yang ingin unggul dalam menarik murid baru harus mulai bertransformasi secara menyeluruh, bukan sekadar mengganti spanduk promosi atau mempercantik brosur. Program unggulan dan Branding yang positif semakin dikuatkan, pembenahan mutu guru, pelayanan administrasi, komunikasi publik, hingga inovasi pembelajaran yang menarik dan bermakna.

Pentingnya kesadaran bahwa perubahan hanya mungkin terjadi jika lembaga benar-benar mau berubah, bukan sekadar kelihatan berubah. Evaluasi mendalam, keberanian berinovasi, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci penting. Memperoleh murid baru bukan soal keberuntungan, tetapi hasil dari keseriusan membangun kualitas dan kepercayaan publik.

Lembaga pendidikan yang berhasil berubah adalah mereka yang menyadari bahwa perubahan bukan ancaman, tetapi peluang. Mereka tidak menunggu perubahan datang dari luar, melainkan menciptakannya dari dalam. "mustahil, perubahan tanpa berubah," apakah benar adanya? Wallahu a’lam bis-shawab.