Oleh Mujianto, M.Pd.
Cara pandang adalah
perspektif atau sudut pandang yang digunakan seseorang dalam menilai suatu hal,
baik itu peristiwa, orang lain, maupun dirinya sendiri. Cara pandang tidak
terbentuk secara instan, melainkan hasil dari proses panjang yang dipengaruhi oleh
berbagai hal, seperti latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman hidup,
hingga lingkungan sosial.
Setiap orang memiliki
cara pandang yang unik, namun tidak semua cara pandang membawa dampak positif.
Ada yang terbuka, kritis, dan toleran, namun ada pula yang sempit, kaku, bahkan
diskriminatif. Oleh karena itu, penting untuk mengasah dan mengembangkan cara
pandang agar tidak hanya didasarkan pada prasangka atau emosi sesaat, melainkan
pada pertimbangan yang rasional, dan bijaksana.
Meningkatkan Kualitas Cara Pandang
Dalam kehidupan
sehari-hari, cara pandang berpengaruh besar terhadap sikap, pengambilan
keputusan, serta relasi sosial. Oleh karena itu, mengasah cara pandang menjadi
bagian penting dari proses pembentukan karakter dan kebijaksanaan pribadi. Apalagi
yang sedang mempunyai amanat sebagai seorang pemimpin, cara pandangnya
mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang akan dirasakan orang banyak.
Mengasah cara pandang
berarti melatih diri untuk melihat segala sesuatu tidak hanya dari satu sisi,
melainkan secara lebih luas dan mendalam. Ini melibatkan kemampuan berpikir
reflektif, terbuka, serta kesediaan memahami pandangan orang lain.
Menurut Darmaprawira, dalam
buku Pendidikan Kewargaan yang Demokratis. Individu yang cara pandangnya
tajam dan bijak tidak mudah terjebak dalam penilaian sepihak, fanatisme, atau
prasangka. Sebaliknya, ia mampu menimbang suatu persoalan dengan pertimbangan
rasional dan empatik
Pengalaman hidup juga
memainkan peran penting dalam memperkaya cara pandang. Bertemu dengan orang
dari latar belakang berbeda, menjelajahi tempat baru, atau menghadapi situasi
sulit dapat membuka perspektif yang sebelumnya sempit. Istilah yang popular di
kalangan orang Jawa, Ketika melihat orang yang berpikiran sempit disebut dengan
‘Duline kurang adoh’ bukan karena tidak pernah berkunjung ke tempat yang jauh,
tapi karena tidak bisa mengambil suatu pelajaran.
Selain pengalaman,
membaca buku, berdiskusi, dan mendengar cerita dari orang lain adalah sarana
penting dalam mengasah cara pandang. Buku membuka jendela ke dunia lain,
memperkenalkan sudut pandang baru, dan memperluas cakrawala berpikir. Diskusi
yang sehat mendorong kita untuk mempertimbangkan pendapat berbeda
Menurut Moeljono dalam
buku Character Building: Membangun Karakter Bangsa, bahwa Proses berliterasi,
dan berdiskusi yang sehat membantu individu keluar dari “zona nyaman berpikir”
dan mendorong lahirnya cara pandang yang lebih matang.
Cara pandang adalah sudut atau perspektif seseorang, dan mengasah cara pandang bukan hal yang mudah, terutama di tengah masyarakat yang cenderung mengedepankan penilaian instan dan hitam-putih. Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh perbedaan, cara pandang yang luas dan bijak menjadi bekal penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai, dan beradab. Wallahu a’lam bis-shawab.