Oleh Mujianto, M.Pd.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri."
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Perubahan adalah
satu-satunya hal yang pasti dalam hidup. Namun ironisnya, banyak orang
menginginkan hasil yang berbeda dalam hidup mereka, tanpa benar-benar mengubah
perilaku, kebiasaan, atau pola pikir yang selama ini mereka jalani. Fenomena
ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan untuk berubah, namun lemahnya
kesadaran bahwa perubahan sejati menuntut tindakan nyata.
Salah satu penyebab utama
proses perubahan yang gagal adalah ilusi bahwa cukup dengan niat dan harapan,
segalanya akan berbeda. Padahal, niat tanpa ikhtiar hanyalah omong kosong.
Seseorang bisa memiliki visi besar untuk masa depan, namun jika cara hidupnya
masih seperti kemarin, maka hasil yang diterima juga akan sama seperti hari-hari
sebelumnya.
Dalam kehidupan
spiritual, pendidikan, karir, maupun hubungan sosial, prinsip ini tetap
berlaku. Misalnya, seseorang yang ingin lebih dekat dengan Tuhan tidak bisa
hanya berharap keimanan meningkat tanpa memperbaiki amal, memperbanyak ibadah,
dan menjauhi maksiat. Seorang pelajar tidak bisa berharap nilai naik tanpa
belajar lebih keras. Seorang pemimpin tidak bisa berharap perubahan dalam
organisasi tanpa mengubah cara ia memimpin.
Perubahan bukan hanya
tentang tindakan, tetapi juga cara berpikir. Banyak orang ingin berubah, namun
tidak siap untuk berpikir dengan cara baru. Maka diperlukan banyak literasi dan
belajar dari pengalaman. Pola pikir (mindset) adalah akar dari segala tindakan.
Tanpa perubahan mindset, perubahan perilaku hanya akan sementara dan
tidak berkelanjutan.
Refleksi untuk Lembaga Pendidikan dalam
Meningkatkan Daya Saing
Hal yang sama berlaku
untuk sebuah organisasi, tim, seperti lembaga pendidikan sekolah menuntut
perubahan untuk hasil yang lebih baik. Di tengah persaingan antar lembaga
pendidikan yang semakin ketat, setiap sekolah tentu menginginkan peningkatan
jumlah murid baru setiap tahun ajaran. Peningkatan jumlah murid di tahun ajaran
sebelumnya harus dipahami secara mendalam penyebabnya. Apakah karena memang kualitas
lembaga yang bagus ataukah suatu keberuntungan? Jika dipahami hanya suatu
keberuntungan, maka perlu kewaspadaan.
Dalam dunia pendidikan
yang dinamis, tidak mungkin ada hasil baru tanpa upaya baru. Harapan
untuk menarik lebih banyak murid akan tetap menjadi harapan semu jika lembaga
masih mempertahankan cara kerja lama yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan
zaman.
Orang tua saat ini
semakin selektif dalam memilih sekolah bagi anak-anak mereka. Mereka tidak
hanya melihat fasilitas fisik, tetapi juga nilai-nilai yang ditanamkan,
pendekatan pendidikan yang digunakan, serta rekam jejak prestasi dan budaya
sekolah.
Lembaga pendidikan yang
ingin unggul dalam menarik murid baru harus mulai bertransformasi secara
menyeluruh, bukan sekadar mengganti spanduk promosi atau mempercantik brosur. Program
unggulan dan Branding yang positif semakin dikuatkan, pembenahan mutu
guru, pelayanan administrasi, komunikasi publik, hingga inovasi pembelajaran
yang menarik dan bermakna.
Pentingnya kesadaran
bahwa perubahan hanya mungkin terjadi jika lembaga benar-benar mau berubah,
bukan sekadar kelihatan berubah. Evaluasi mendalam, keberanian berinovasi, dan
keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci penting. Memperoleh murid baru
bukan soal keberuntungan, tetapi hasil dari keseriusan membangun kualitas dan
kepercayaan publik.
Lembaga pendidikan yang
berhasil berubah adalah mereka yang menyadari bahwa perubahan bukan ancaman,
tetapi peluang. Mereka tidak menunggu perubahan datang dari luar, melainkan
menciptakannya dari dalam. "mustahil, perubahan tanpa
berubah," apakah benar adanya? Wallahu a’lam bis-shawab.
Dari segi judul sudah jelas. perubahan diawali dengan niat untuk berubah, mau berubah, melakukan perubahan baik segi pola pikir, kebijakan dan tindakan yang dianggap tidak berdampak pada kemajuan atau perubahan.
BalasHapus