Rabu, 17 Juli 2019

Persaingan Sekolah dalam Bingkai Kemajuan



Oleh: Mujianto

Persaingan antar sekolah menjadikan para pemangku kebijakan seperti Kepala Sekolah harus 'bekerja' ekstra. Dalam hal apa? Tentunya dalam hal ide, dan program.

Walaupun guru yang nantinya akan berperan banyak, namun pada hakikatnya dalam lingkup lembaga atau sekolah, guru adalah pelaksana dari ide, dan program tersebut. Ada juga sekolah yang gurunya diajak berpikir untuk mengeluarkan idenya, seperti lewat rapat atau yang lainnya, namun kebijakan dan golnya sering kali tetapa ada pada pimpinan.

Prestasi yang mau diraih tiap sekolah tentunya hampir sama. Ada prestasi akademik, seperti nilai UN/USBN. Ada prestasi non akademik, seperti menjuarai lomba, unggul akhlak dll. sehingga prestasi-prestasi tersebut terakumulasi dan menyebabkan jumlah peserta didik baru semakin meningkat yang tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi dari segi kualitasnya juga.

Bagaimana semua itu bisa diraih?

Sekolah lewat pemangku kebijakannya harus memahami betul karakter sekolahnya. Lewat pemahaman yang mendalam itu, didapati mana kelebihan dan kekurangan dari lembaganya tersebut, baru kemudian bisa memberi solusi, bergerak dari arah mana dulu, dengan melihat skala prioritas.

Amati-Tiru-Modifikasi

Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, demi kamajuan sekolah kita harus merendahkan hati untuk bisa belajar dan mengakui keunggulan dari sekolah lain yang lebih baik. Kita tidak bisa acuh dengan bersandar pada ego dan kemampuan yang kita miliki. Ada sekolah yang setiap tahun menjadi langganan peringkat terbaik nilai UN (USBN/UNBK) di kecamatan. 

Ada juga sekolah yang nilai UN-nya biasa saja tetapi prestasi non akademik dan kuota PPDB setiap tahunnya selalu terpenuhi. Bahkan ada juga sekolah yang tiga hal di atas bisa diraih. Peringkat terbaik UN, prestasi non akademik menonjol dan PPDB terpenuhi.

Kebanyakan sekolah yang sudah maju tidak banyak berbenah dari segi teknis, maksudnya dari segi manajemen sekolah dan komitmen guru. Sepanjang pengamatan penulis,  sekolah maju mempunyai manajemen dan organisasi yang sudah bagus. Kepala sekolah, tenaga pendidik, dan kependidikan tahu tupoksinya masing-masing. Bahkan unsur-unsur tersebut semuanya bersaing dalam prestasi. Tentunya bersaing secara sehat.

Sekolah maju tidak lagi sibuk mengurusi guru terlambat, guru tidak melaksanakan tugas dll. Semua sudah tertata lewat tata tertib yang jelas dan tegas. Guru yang tidak bisa memenuhi tata tertib, sudah pasti akan terseleksi oleh alam (tata tertib). Mengundurkan diri atau tiba waktunya dikeluarkan oleh sekolah. Tidak ada lagi guru iri karena melihat temannya terlambat tapi tidak diberi sanksi, dan tidak ada lagi guru sibuk mengobrol tentang Kepala Sekolah yang terlihat santai-santai saja karena tidak ada tugas mengajar. 

Ada juga sekolah yang terlihat maju tetapi penuh dengan dilema. Sekolah ini mempunyai tata tertib yang tertata rapi, tetapi tidak pernah terlaksana, karena memang tidak ada tindak lanjut yang tegas. Mungkin, harapannya guru yang tidak disiplin itu sadar dengan sendirinya menjalankan peraturan walau tidak diproses. Faktanya kesadaran itu tidak akan pernah terjadi.

Mengamati perkembangan SDM sangatlah penting. Sudah tidak perlukah sekolah itu ada ketegasan tata tertib?. Kalau masih perlu ya tata tertib harus benar-benar dilaksanakan. Bagaimanapun di era milenial atau sekarang disebut era Revolusi Industri 4.0 tentunya peraturan sangatlah penting.

Kembali ke sub judul, metode sederhana ATM sudah banyak dilakukan. Kalau belum bisa menciptakan hal yang baru, bahkan belum bisa memodifikasi ide orang lain, meniru menjadi alternatif pilihan. Meniru tidak membuat diri kita rendah, karena meniru pun butuh ilmu dan proses yang serius. Meniru banyak dilakukan oleh sekolah yang sudah maju untuk lebih maju lagi. Meniru bisa dengan studi banding, kerjasama program atau kurikulum, pertukaran pelajar, dll.

Apa sebenarnya tujuan utama atau branding sekolah kita sehingga layak disebut berkualitas? Bagus nilai rata-rata UN kah? PPDB melebihi kuota kah? atau semua yang baik-baik, yang hebat-hebat menjadi tujuan kita? Kalau semuanya, maka kita harus segera bergerak. Prestasi UN bisa meniru program sekolah A, prestasi non akademik bisa meniru program sekolah B, dan seterusnya, tinggal kita menyesuaikan dengan kondisi sekolah kita.

Melalui tulisan sederhana ini, pertanyaan ‘sulit atau mudahkah memajukan sekolah itu?’ sungguh sangat bisa dijawab. Tentunya dengan mengedepankan akal sehat dan semangat kebersamaan dari semua pihak pertanyaan itu bisa dijawab mudah. Namun sebaliknya pertanyaan itu jawabannya bisa menjadi sulit bila yang bergerak maju hanya beberapa pihak.


Akhirnya proses harus terus berjalan, agar sekolah kita, sekolah Anda, sekolah saya tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Kita yang berposisi sebagai guru, atau yang lagi dipercaya menjadi Kepala Sekolah bisa bersaing dan bersanding dengan mereka yang sudah lebih dulu berproses dalam kemajuan. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar