Oleh Mujianto, M.Pd.
Ayah dan Bunda yang berbahagia, pernahkah Ayah dan Bunda menanamkan pemahaman kepada putra-putrinya, apa arti kesuksesan yang sesungguhnya.
Sampai saat ini pemahaman tentang arti sukses, sering dimaknai secara sempit. Sukses diartikan berkecukupan secara materi. Memiliki rumah mewah, mobil bermerek, dan lain
sebagainya. Sehingga yang terlihat kemudian banyak orang berlomba-lomba mencari
kekayaan, dengan cara apapun, dan memaksakan diri agar tampak di mata orang
banyak, termasuk orang yang sukses.
Pemahaman orang tua yang keliru itu akan menular ke
anak-anaknya. Sang anak akan selalu menyimpan di otaknya. Ucapan dan sikap orang tua menjadi perhatiannya. Seperti ucapan orang tua dalam memberi semangat, agar rajin belajar dan berangkat ke
sekolah, “Ayo belajar yang pintar, biar jadi orang
sukses!” kalimat itu sudah benar, namun makna sukses harus bisa dijabarkan dengan
baik.
Makna Kesuksesan di Negara Maju
Berkenaan
dengan fasilitas, hampir sama prosesnya di negara maju dengan negara kita.
Setiap orang tua memotivasi dan memberikan pendidikan kepada anaknya menuju
kesuksesan. Namun, di negara maju dengan sistem pendidikannya, mengartikan
kesuksesan adalah menjadi orang yang ahli atau terbaik di bidangnya. Orang tua
di sana sejak dini mengenal betul potensi dan bakat anaknya, sehingga bisa
membimbing dan mengarahkannya.
Di sana profesi apapun adalah baik, selama dilakukan
secara ahli, akan menjadi sesuatu yang istimewa. Seperti pelukis, tukang masak,
pemusik, penerjemah dan lain sebagainya. Orang tua di negara ini sadar, dan
berusaha keras sejak dini mengawal anaknya agar fokus dan berhasil di
bidangnya. Sehingga akibat sukses yang diraihnya, otomatis hadiah berkecukupan
harta akan didapatkannya. Mereka sadar betul, bahwa profesi harus dijalani
secara expert, tidak setengah-setengah. Rata-rata profesi yang
sudah mereka jalani adalah pilihan atau impian mereka sejak awal.
Berbeda
di negara kita. Masih teringat ketika kita dulu kecil, dan juga hingga saat
ini, jika ditanya besok kalau besar mau jadi apa? Maka jawaban yang muncul
adalah profesi yang gajinya tinggi, seperti dokter, insinyur, pilot, atau pramugari.
Sejak awal anak-anak sudah diberi gambaran mengenai profesi tersebut, sebagai
simbol hidup enak atau terjamin. Bahkan, banyak orang tua sejak dini langsung
mengarahkan hingga memaksa agar masuk ke salah satu profesi itu, padahal
anaknya tidak berminat dan tidak ada bakat di bidang itu.
Sukses dalam Perspektif Islam
Mencari
hakikat kesuksesan bagi umat Islam adalah mudah. Kita bisa mengambil teladan
para rasul, nabi, filsuf, atau para ulama yang kehidupannnya bermanfaat untuk
orang lain.
Ya,
orang yang sukses adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Sesuai
dengan hadis Nabi, “Sebaik-baik kalian (manusia) adalah yang paling bermanfaat
untuk manusia lainnya.” Jika ia ditakdirkan punya jabatan, maka baginya adalah
kesempatan besar untuk memberi maslahah buat banyak orang. Jika ia dilebihkan
rezekinya, dan dipandang sebagai orang kaya, baginya adalah peluang untuk
memberi. Orang sukses adalah orang yang berbuat sesuatu bukan dalam rangka
menguntungkan dirinya sendiri, tapi lebih kepada orang lain.
Orang
tua tetap berusaha memahami potensi dan kelebihan anaknya. Setiap anak terlahir sebagai insan yang unik. Allah menganugerahkan kelebihan masing-masing. Lewat
orang tua dan pendidikan, segala potensi itu bisa dikembangkan dan kelak
menjadi orang yang bermanfaat.
Kita tanamkan pemahaman kepada mereka, bahwa kita sebagai makhluk hanya
bisa berusaha, yang mengabulkan harapan dan menjadikan kita sukses adalah Allah Swt. Allah lebih tahu apa dan
bagaimana yang terbaik buat hamba-Nya. Namun, di dalam kehidupan ini ada hukum
sunnatullah. Allah memberikan peluang. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Man jadda
wajada.
So,
puncak kesuksesan adalah mencurahkan semua potensi yang telah dianugerahkan
oleh Sang Pencipta dan mempersembahkan yang terbaik bagi kehidupan sesama. Hamba yang sukses selalu menebar dan menabur energi positif. Kebaikannya akan tetap terasa dan menjadi jariyah, walau ia sudah tidak ada di
dunia lagi.
Masya allah ustadz
BalasHapus