Oleh Mujianto, M.Pd.
Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan dan bermanfaat bagi orang lain, maka semakin banyak pula
kebaikan yang akan kembali kepada kita. Itulah Hukum Tabur Tuai. Siapa yang
menabur akan menuai.
Semua hal positif yang kita lakukan lebih-lebih hal yang di luar tanggung
jawab kita tetapi kita dengan senang hati mau mengerjakannya. Maka kita akan
menuai balasan kebaikan, mungkin saat itu juga atau kelak pada suatu hari nanti.
Begitu juga sebaliknya, semakin banyak energi negatif yang ditebarkan seseorang, apalagi menyebabkan mudharat bagi orang lain, maka sesungguhnya
ia sedang menanti keburukan, sebagai balasan yang suatu saat pasti diterimanya.
Tabungan energi positif sangat penting bagi kehidupan kita. Khususnya
berkenaan bagi masa depan bahkan keluarga kita pun akan ikut merasakan
manfaatnya kelak. Istilah lain akan dicairkan oleh Allah SWT.
Sejenak kita mengambil hikmah dari cerita pribadi bapak Jamil
Azzaini, seorang pendiri Dompet Dhuafa Republika dan BMT yang omsetnya mencapai
puluhan trilyun, sehingga bisa membuat sekolah dan pesantren gratis khususnya
anak yatim di seluruh indonesia.
Cerita ini saya sarikan dari berbagai sumber. Pada tahun 2003, sang isteri sakit, dengan penyakit yang tidak
diketahui jenisnya. Sehingga tidak kunjung sembuh. Upaya medis sudah dilakukan
namun hasilnya tidak tampak. Berganti-ganti rumah sakit. 3 minggu di ruang ICU,
satu malamnya pada waktu itu senilai 2,5 juta. Total istrinya dirawat selama 3
bulan di rumah sakit.
Selesai salat dhuha, ia mengadu kepada allah “Ya Allah Ya Tuhanku,
gerangan energi negatif apa yang pernah aku lakukan? Maksiat apa yang pernah
aku lakukan? Sehingga Engkau uji aku dengan cobaan seperti ini.”
Setelah berdoa, Allah memberikan petunjuk, tiba-tiba ia ingat
kejadian beberapa puluh tahun yang lalu saat masih duduk di kelas 5 SD pernah
mencuri uang ibu Rp. 150. Ia membatin jangan-jangan energi negatif ini yang menghalangi
sehingga penyakit isteri saya tidak ketahuan.
Kemudian ia segera menelepon ibunya yang pada saat itu sedang
menunggui sementara anak-anaknya selama isterinya sakit. Pak Jamil mengingatkan
kesalahannya dan meminta ridho ibunya agar memaafkannya. Ibunya bilang uang
yang saat itu disimpannya di bawah bantal untuk membayar hutang pada orang kaya
di kampungnya, karena tidak ada uang untuk membayar, ibunya dicaci maki di
depan banyak orang. Ibunya pun menggerutu, pokoknya kualat yang mengambil uang
itu.
Si ibu kaget saat tahu kalau anaknya sendiri yang mengambil, ia
beristighfar berkali-kali agar Allah segera mengampuni anaknya. Si ibu pun memaafkan
dan mendoakan istri pak Jamil cepat sembuh.
Keajaiban pun datang. Di hari yang sama pak Jamil mendapat telepon
yang mengabarkan sakit istrinya sudah ditemukan. Yaitu infeksi pankreas. Dengan
kejadian itu, pak Jamil semakin yakin bahwa energi positif dan negatif itu ada,
serta ada balasannya pula.
Bentuk Pencairan Tabungan Energi Positif
Kita bisa melihat, mengapa ada orang yang banyak disukai teman
kerjanya, dan ada yang tidak diharapkan kehadirannya? Mengapa ada orang yang
kata-katanya selalu didengar dan ada orang yang kata-katanya bak angin lalu? Mengapa
ada orang yang anak-anaknya sholih-sholihah,bahkan berprestasi. Namun, ada yang
anaknya sulit diatur? Mengapa ada orang yang tampak santai, kebutuhannya tercukupi
lalu ada yang keuangannya banyak namun selalu gelisah tidak pernah merasa
cukup?
Itulah energi positif, yang membedakan orang satu dengan yang
lainnya. Dan Allah mencairkan tabungan energi positif dalam berbagai bentuk,
tidak harus berbentuk rezeki atau harta, yaitu bisa tahta, kata, dan cinta. Sudah
saya sampaikan di atas energi positif yang kita tebar, keluarga kita pun akan
menuainya.
Penulis pun merasakan saat masih kecil hingga sekarang saat pulang
kampung, kalau bertemu warga atau orang tua di sana yang belum kenal saya,
terus bertanya ke orang lain atau langsung ke saya, “Sampeyan siapa, yugane
sinten?” Lalu saya jawab dengan menyebut nama bapak saya. Orang itu pun lebih
antusias dan merespon ramah. Mungkin hal ini berkat energi positif yang ditanam
orang tua saya. Hingga anak-anaknya pun ikut merasakannya.
Menebar Energi Positif di Tempat Kerja
Di tempat kerja adalah tempat yang baik yang bisa kita gunakan
untuk menambah energi positif. Dengan prinsip energi positif, kita bisa menata
hati saat bekerja guna memberikan kemajuan kepada instansi, lebih –lebih menghadapi
teman kerja yang mempunyai sifat dan tipe yang tidak selaras dan sering melemahkan
kemajuan instansi.
Prinsip sederhana, sebagai ilustrasi, kita merasa bekerja ini layak diberi gaji atau imbalan sebesar 5 juta, tetapi
yang kita dapat hanya 3 juta maka yang 2 juta itu adalah tabungan energi
positif kita, dan Allah akan memberikan dalam bentuk lain, seperti kesehatan,
keluarga yang harmonis, anak mendapat keberuntungan seperti beasiswa, atau berkah lainnya.
Tapi berhati-hatilah apabila kualitas kerja kita nilainya hanya 3 juta tapi yang
kita dapatkan rutin 5 juta. Maka yang 2 juta adalah tabungan energi negatif
yang sewaktu-waktu akan cair juga. Bisa berbentuk keluarga yang tidak harmonis,
barang berharga kita rusak, atau hilang, atau kebutuhan pendidikan anak yang
dibuat sulit, sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar.
Dan yang lebih kita takutkan apabila ternyata energi negatif ini terkumpul, dicairkan di usia senja. Seperti, sering kita temui orang di akhir usianya
tidak semakin bahagia, hidup sendirian, sakit-sakitan, dan hartanya yang dikumpulkannya
tidak tampak keberkahannya, malah menjadi rebutan anak-anaknya.
Sobat, apapun perbuatan yang kita lakukan harus ada kesadaran bahwa
Allah melihat kita, dan mengetahui hati kita.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita senantiasa mengingat firman Allah,
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Al-Zalzalah: 7-8).
Semoga`bermanfaat!.
Waru, 17 Juni 2020
Semoga bermanfaat. Teruslah berkarya, dan menebar energi positif!
BalasHapusBagus tulisan Pak Muji, Penuh Makna Kehidupan๐๐๐๐
BalasHapusSaya Ummi Sakinah (bu nana) terinspirasi membaca tulisan ini pak. Terima kasih. Semoga kita semua ditakdirkan menjadi hamba Allah yg baik, dilindungi dan sllu mendapat petunjuk dr Allah SWT. Aamiin ๐
BalasHapus