Oleh Mujianto, M.Pd.
“Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk mengumpulkan harta karena takut miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.”
(Imam Al-Ghazali)
Jika hidup
dan cita-cita hanya tentang pencapaian pribadi, tentu Rasulullah Saw. tak perlu
sampai mempertaruhkan dirinya, dan tak perlu ketika ajal datang hendak
menjemput yang dikhawatirkan adalah umatnya. Beliau bisa saja cukup beribadah
bagi diri sendiri, lalu masuk surga.
Jika
mimpi-mimpi hanya tentang pencapaian pribadi, tentu para sahabat seperti Abu
Bakar, Ustman dan yang lain tak perlu menghibahkan hartanya untuk membela agama
Allah Swt. dan membantu fakir miskin. Mereka bisa memilih ibadah yang lain, dan
bersantai menikmati kekayaan yang dimilkinya.
Faktanya,
mereka dan banyak orang mampu mengorbankan dengan segala yang dipunyai. Baik,
berupa materi atau yang lain. Mereka dalam proses mengejar impian, bekerja
dengan keras tidak hanya terpaut untuk menyejahterakan diri dan keluarganya
saja, tetapi ada nilai lebih dari itu yaitu panggilan jiwa bisa bermanfaat terhadap sesama.
Mereka juga
percaya dan meyakini bahwa apa-apa yang melekat pada diri mereka adalah titipan
dari Allah Swt. seperti harta, jabatan, pekerjaan, ketampanan dan lain
sebagainya. Ibarat tukang parkir kendaraan, kita hanya dititipi saja.
Karena hanya
dititipi, berarti semua akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah Swt. Hanya
petugas parkir yang tidak tahu diri yang menyombongkan kendaraan yang bukan
miliknya kepada orang lain. Allah Swt. berfirman “Kepunyaan Allah-lah apa
yang dilangit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha
Meliputi segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa:126).
Segala Ketetapan Allah Swt. Adalah Baik
Bagi Kita
Di dalam
kehidupan ini kita diajarkan bahwa siap menerima segala sesuatu yang akan
terjadi dengan ikhlas, baik itu berupa keberhasilan ataupun kegagalan. Dan terkadang
kegagalan itu tidak pernah kita harapkan, padahal kita sudah mencegahnya agar jangan sampai
terjadi.
Allah Swt.
berfirman, “Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan
mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216). Semoga bermanfaat!
Surabaya, 6
September 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar