Oleh Mujianto, M.Pd.
Tidak ada
seseorang yang kehidupannya berjalan selalu mulus. Semua pasti pernah mengalami
kesulitan dan kegagalan. Kegagalan demi
kegagalan bukan untuk mematahkan harapan kita. Bahkan, kegagalan sebenarnya
adalah anugerah dari Tuhan. Banyak orang tumbuh dan menjadi hebat karena suatu
kegagalan. Namun, karena nafsu dan ilmu yang belum cukup memahaminya, kegagalan
dianggap selalu merupakan musibah.
Adakah orang
yang di dalam kehidupannya tak pernah gagal atau susah di dunia ini? Kalau pun
ada, pada perspektif yang berbeda, hal ini bisa menjadi bumerang bagi orang
tersebut. Contohnya, di dalam sejarah kita pernah mengenal sosok Fir’aun. Fir’aun seorang
raja yang merasa paling kuat, merasa tanpa kelemahan, segala keinginannya bisa
ia penuhi, memiliki banyak pasukan setia, dan kerajaannya begitu megah.
Tanpa ia
sadari, semua itu membuatnya begitu sombong dan akhirnya mengaku sebagai Tuhan
yang harus disembah. Ternyata kehidupan yang tanpa pernah mengalami kegagalan,
dan kesusahan malah menyebabkan sesuatu yang fatal. Menjadi bencana bagi orang
tersebut. Seperti Fir’aun yang akhirnya musnah ditenggelamkan.
Karena
keterbatasan ilmu yang kita miliki, sering berburuk sangka terhadap ujian dan
takdir Allah Swt. Padahal di balik setiap ujian tersimpan hikmah yang begitu
besar.
Jalan
terbaik adalah memupuk kesabaran, meningkatkan ilmu agama, dan keimanan kita
kepada Allah Swt.. Apabila saat ini kita sering menemui kesulitan dan kesedihan
maka esok atau suatu saat nanti kita akan menemui kemudahan dan kebahagiaan.
Semua hanya soal waktu. Tidak ada seseorang yang sepanjang hidupnya selalu
menemui kesedihan dan sedikit pun tak merasa bahagia.
Allah Swt.
Maha Mengetahui atas segala-galanya. Allah tahu rasa sakit yang diderita
hamba-Nya, sekaligus punya obat terbaik dari rasa sakit itu.
Allah Swt.
mempunyai sifat pengasih dan penyayang. Sekali lagi kita sama-sama
mengingatkan, tugas seorang hamba adalah meningkatkan kesabaran, ilmu agama,
dan keimanan kepada Allah Swt. ketika tidak ada upaya atas itu semua, maka
kehidupan seseorang tidak terasa bermakna, kegagalan menjadi beban yang berat,
lalu kehidupan semakin memburuk.
Perasaan selalu
gelisah dan berburuk sangka kepada sang pencipta. Allah dianggap tidak adil,
tidak sayang. Padahal semua perasaan itu terjadi karena keyakinannya kepada
Allah sedang tidak baik-baik saja.
Kalau hal
ini masih berlarut-larut pada diri kita, mari kita jawab pertanyaan di bawah
ini! Sebutkan, adakah yang lebih menyayangi kita daripada Allah? Adakah yang
lebih mengerti kita daripada Allah? Kalau memang tidak ada, kenapa kita masih
ragu dan selalu gelisah? Lalu pada siapa lagi kita percaya? Wallahu a’lam.
Semolowaru,
10 September 2024
Sebuah kegagalan mengingatkan kita untuk intropeksi dan belajar kesabaran. Orang yang besar adalah orang yang selalu berusaha untuk mengatasi kegagalan hingga mencapai tujuan yang diinginkan. Kita harus yakin bahwa semua kehidupan ini sudah d atur oleh Allah swt, sehingga menumbuhkan rasa syukur dan sabar dalam menghadapi segala bentuk ujian.
BalasHapus👍👍👍
Hapus