Oleh
Mujianto, M.Pd.
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang bersabar." (Q.S. Al-Baqarah: 155)
Kita
pasti pernah merasakan situasi seperti ini, merasa rendah diri karena tidak
mempunyai amalan hebat ataupun sebuah karya yang bermanfaat untuk sebuah
wasilah menuju impian yang begitu tinggi seperti surga.
Kita
pun takjub dan minder melihat orang-orang yang menyumbangkan hartanya dalam
jumlah besar, ada yang sudah menyelesaikan hafalan 30 juz al-Qur’an, ada yang telah
mempelajari dan hafal ratusan bahkan ribuan hadis, lalu ada yang terlampau baik
dengan akhlak dan ilmunya, juga ada yang bertaruh nyawa bersungguh-sungguh berjuang dengan jabatan yang diamanahkan kepadanya. Semua terasa mustahil bagi kita
untuk bisa menirunya.
Perjalanan
menuju surga bukanlah jalan yang mulus dan bebas hambatan. Ia dipenuhi ujian, dan
rintangan. Karakter sebagian manusia dominan akan rasa minder karena merasa
banyak keterbatasan pada dirinya. Keterbatasan ini bisa berupa kelemahan diri,
kesalahan masa lalu, atau keterbatasan ilmu. Namun, Islam tidak pernah menuntut
kesempurnaan, yang dituntut adalah kesungguhan. Maka memangkas keterbatasan
bukan berarti menghapuskan semua kekurangan, tetapi mengelolanya agar tidak
menjadi alasan untuk menyerah. Keterbatasan justru bisa menjadi ladang pahala
ketika dihadapi dengan kesabaran dan tawakal kepada Allah.
Memangkas
keterbatasan juga berarti menjadikan kelemahan sebagai peluang untuk mendekat
kepada Allah. Ketika merasa tidak mampu, saat itulah hati diajak untuk
bersandar penuh kepada-Nya. Allah tidak melihat hasil semata, tapi perjuangan
dan keikhlasan dalam proses. Seseorang yang berjalan dengan terseok-seok namun
tetap istiqamah, lebih mulia dari mereka yang berhenti meski pernah berlari
kencang. Oleh karena itu, tidak perlu menunggu sempurna untuk melangkah menuju
surga. Bahkan dalam keterbatasan, Allah telah menyiapkan rahmat dan kemudahan
bagi hamba-hamba-Nya yang terus berusaha.
Mari
kita perhatikan hadis Nabi. “Dari Jabir berkata: Aku mendengar nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga
oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak juga aku
kecuali karena rahmat dari Allah.” (HR. Muslim).
Surga
bukanlah milik mereka yang tidak pernah jatuh, tapi milik mereka yang terus
bangkit dan memperbaiki diri. Semangat menuju surga adalah bentuk cinta kepada
Allah dan rindu akan kehidupan abadi yang dijanjikan-Nya. Dengan niat yang
benar, usaha yang terus diperbarui, dan doa yang tidak putus, setiap langkah
kecil akan menjadi saksi besar di hadapan-Nya kelak. Wallahu a’lam.
Surabaya, 8 Mei 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar