Oleh Mujianto, M.Pd.
"Semua kebijakan dapat diukur dengan
keadilan."
(Aristoteles)
Siapapun orangnya saat
punya jabatan, kedudukan tertentu atau kehidupan yang lebih baik pasti punya
naluri ingin membantu atau menata kehidupan sanak keluarganya. Seperti memberi
pekerjaan, menempatkan posisi yang strategis atau minimal memberi informasi atau
arahan tertentu yang bermanfaat.
Namun, kita juga tidak
ingin membahagaikan sanak keluarga kita itu dengan cara yang tidak baik. Seperti
tanpa melalui proses yang semestinya atau menabrak sebuah peraturan karena sedang
punya pengaruh penting. Jangan sampai terjadi, saat kita memberikan sesuatu kepada keluarga
ada hak orang lain yang terambil. Betapa sedihnya orang lain itu. Ia tidak terpilih
bukan karena ia tidak cakap atau tidak lolos prosesnya tetapi karena ia tidak
punya keluarga (orang dalam) di sana yang bisa memilihnya. Kita pun termasuk orang yang sudah melakukan perbuatan nepotisme,
suatu perbuatan yang dilarang oleh agama.
Pada kondisi seperti ini
kita sedang diuji dengan jabatan dan kedudukan, sehingga harus ada kekuatan
untuk menahan diri walau kita sedang mempunyai jabatan yang dirasa dengan
posisi itu mudah sekali untuk menempatkan atau mengangkat keluarga kita pada posisi tertentu.
Menurut KBBI, nepotisme
adalah kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri,
terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah: tindakan memilih
kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.
Rasulullah
pernah menyinggung terkait Nepotisme dalam Hadis sahih riwayat al - Bukhari
(1987: no 3508): "Dari Husaid bin Hudairi r.a., seorang sahabat dari
kaum Anshar berkata kepada Rasululllah SAW : Tidaklah engkau angkat aku sebagai
amil sebagaimana si fulan?” Rasul menjawab : "Kalian akan menjumpai
sepeninggalku tindakan mengutamakan kepentingan sendiri (sikap nepotisme), maka
sabarlah kalian sampai bertemu denganku di telaga al-Kautsar (di hari kiamat).”
Bertentangan dengan Prinsip Keadilan
Islam sangat menekankan pentingnya berlaku
adil dalam semua aspek kehidupan. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu supaya menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia, supaya kamu menetapkannya
dengan adil." (QS. An-Nisa: 58).
Nepotisme mengabaikan
nilai keadilan karena memberikan kesempatan berdasarkan hubungan, bukan kompetensi
atau kemampuan. Nepotisme bisa menyerang siapa saja, tanpa menunggu seseorang mempunyai
kedudukan dan jabatan yang tinggi. Semua mempunyai peran dan tanggung jawab
masing-masing. Pilihan jalan terbaik ada di depan mata. Jalan menuju rida-Nya. Wallahu
a’lam
Salah satu aib seorang pemimpin adalah bermain peran sebagai pemangku kebijakan untuk memenuhi hasratnya demi keuntungan pribadi salam #BENTO#
BalasHapus