Oleh: Mujianto,S.Pd.I*
Mungkin perlu saya awali tulisan ini dengan kutipan dalam batu nisan
Westminster Abbey, sang genius, arsitek istana Kerajaan Inggris. Sebagai pesan
terakhirnya. Beginilah isinya:
“ Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi mengubah
dunia. Lalu seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa
dunia tak kunjung berubah, maka cita-cita itu pun agak kupersempit, lalu
kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya hasrat itu pun tiada
hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat denganku.
Tetapi, celakanya mereka pun tidak mau diubah. Dan kini sementara aku berbaring
saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari; andai saja yang pertama-tama kuubah
adalah diriku sendiri, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin
aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka bisa
jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku, kemudian siapa tahu aku bahkan bisa
mengubah dunia.”
Ada sebuah riwayat, Baginda Rosulullah SAW pernah didatangi oleh salah
satu umatnya yang mengelukan tentang
perilaku kelima anaknya yang kurang terpuji, dan sulit diatur. Baginda Nabi pun
memberikan jawaban agar anak si orang tua itu bisa berubah menjadi lebih baik.
Beliau berkata, “Wahai orang tua yang baik, mulai saat ini ubahlah satu demi
satu perilakumu menjadi lebih baik, Insya’Allah anak-anakmu akan berubah
menjadi lebih baik. ” Berusaha merubah
diri sendiri dahulu adalah konsep ideal untuk mengubah sesuatu hal lain yang
lingkupnya lebih besar. Seperti keluarga, masyarakat sekitar, bangsa, bahkan
dunia. Karena memang harus dimulai dari perubahan dari unsur yang terkecil.
‘Dirimu adalah masa depanmu’ merupakan kalimat yang terdiri atas subyek
dan predikat. Kalau kita balik akan menjadi ‘masa depanmu adalah dirimu’.
Mengandung maksud bahwa yang menentukan masa depan seseorang pada dasarnya
adalah dirinya sendiri. Bukan siapa-siapa, bukan orang lain. Dan sejalan dengan
Firman Allah SWT dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mau merubah nasibnya sendiri”
Pentingnya Meningkatkan Konsep diri dan Mengajarkannya kepada Anak
Konsep diri adalah salah satu pembentuk karakter seseorang. Bagaimana
seseorang memandang dirinya sendiri, istimewa atau tidak, pantas meraih masa
depan yang cemerlang atau tidak. Salah satunya bergantung terhadap konsep diri
yang ia miliki. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang baik, maka rasa
percaya dirinya semakin tinggi dan pencapaian-pencapaian dalam berbagai bidang
semakin besar.
Konsep diri terbentuk melalui wawasan seseorang, pengalaman, pergaulan,
bisa juga dari figur-figur, tokoh-tokoh penting atau idolanya.
Ada anak yang ketika ditunjuk menjadi ketua panitia kegiatan atau
tampil di depan kelas untuk presentasi materi tertentu, ia merasa sangat takut
dan sudah membayangkan hal-hal yang negatif yang bakal terjadi. Padahal ia
dianggap oleh guru dan teman-temannya mampu menjalankan tugas itu. Ini salah
satu gambaran anak yang mempunyai konsep diri yang lemah. Sebaliknya berbeda
dengan anak yang mempunyai konsep diri yang kuat, ia mempunyai kepercayaan diri
yang tinggi bahwa ia akan bisa melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Maka orang tua perlu memberikan kata-kata positif sebagai tonggak
penopang konsep dirinya yang akan berkata, “Anakku, tunjukkan Kamu pasti
bisa!”, “Kamu anak hebat”, “Kamu punya jiwa kepemimpinan”, dan lain-lain.
Mengutip apa yang disampaikan Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono
dalam buku Manage Your Mind for Success, konsep diri terdiri atas tiga
komponen, yaitu:
1.
Diri Ideal (Self-Ideal)
Yaitu sosok individu
yang kita ingin menjadi di masa depan. Diri ideal merupakan gambaran mengenai
sosok yang sangat kita inginkan bisa menjadi seperti itu di masa depan.
2.
Citra Diri (Self-Image)
Yaitu cara kita melihat
diri sendiri dan berpikir mengenai diri kita pada waktu saat ini.
3.
Harga Diri (Self-Esteem)
Yaitu kecenderungan
dalam diri seseorang memandang dirinya sebagai pribadi yang mampu dan memiliki
keunggulan serta kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang
mendasar. Atau seberapa kita suka terhadap diri kita sendiri.
Aktualisasi Diri Anak
Sesuai Talentanya Sejak Dini
Bersyukurlah bagi orang-orang yang bekerja atau mengaktualisasikan
dirinya sesuai talentanya. Karena ia tidak akan merasa sedang bekerja sambil
sesekali memperhatikan jarum jam, tapi ia akan mengalir merasakan kenikmatan
dalam pekerjaannya. Pekerjaan dianggap sebagai hobi. Namun kabar dukanya adalah
sangat jarang orang yang masuk kategori ini. Dan inilah yang perlu diusahakan
orang tua untuk disampaikan kepada anaknya sejak dini. Mereka tahu bakatnya dan
mampu mengembangkannya, sehingga kelak ia bisa mengambil keputusan besar dalam
hidupnya yang dilandasi dengan kecintaan dan keikhlasan.
Ada dongeng yang meskipun menceritakan tentang dunia hewan bisa kita
jadikan pelajaran. Ada raja hutan yang mengadakan konferensi dengan para
binatang. Mereka ingin semua binatang penghuni hutan memiliki keahlian dasar.
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya diputuskan. Keahlian dasar yang
wajib dimiliki oleh penghuni hutan adalah; berenang, terbang, dan lompat. Maka
untuk meningkatkan keahlian itu sepakat diadakan pelatihan. Di pekan pertama,
ide itu mendapat sambutan yang luar biasa. Namun di pekan kedua dan selanjutnya
terjadi keributan yang menimbulkan perselisihan. “ini pemaksaan, ini
bertentangan dengan dunia perbinatangan”. Kata sebagian besar binatang yang mengikuti
pelatihan. Mengapa terjadi pertentangan ?karena memang gajah, singa, dan
binatang besar lainnya yang dilatih untuk terbang tidak pernah berhasil. Begitu
pula burung, kelinci, kambing, dan binatang darat lainnya diminta berenang juga
tidak pernah berhasil. Mereka semua stres karena harus mengerjakan sesuatu yang
bukan menjadi keahliannya.
Mengutip dari apa yang disampaikan Jamil Azzaini di buku Tuhan,
Inilah Proposal Hidupku, bahwa ada langkah-langkah untuk mengaktualisasikan
diri agar kita menjadi individu yang punya masa depan pilihan kita sendiri.
Setelah itu berbarengan kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Langkah
I
Sadarilah
bahwa kita Adalah Masterpiece
Kita adalah mahakarya dari sang
pencipta. Setiap individu adalah masterpiece yang tiada duanya. Begitu kita
terlahir, tumbuh, dan meninggal maka tidak pernah dan tidak akan pernah ada
lagi makhluk seperti kita. Kita benar-benar spesial. Masing-masing dari kita
hanya satu-satunya yang ada di muka bumi ini. Tidak ada satupun makhluk yang
kehidupannya sama persis dengan kita. Tuhan menciptakan kita semua benar-benar
spesial.
Sesuatu yang spesial pasti berharga
mahal. Bila suatu produk diciptakan terbatas pastilah berharga sangat mahal.
Jam tangan, mobil, handphone yang diciptakan terbatas berharga milyaran rupiah.
Sementara kita bukan hanya diciptakan terbatas akan tetapi kita diciptakan
hanya satu-satunya di muka bumi. Harga kita tentu super mahal.
Lankah
II
Tetapkan
Prestasi Terbaik yang Ingin Kita Raih
Kita hidup mengikuti kebiasaan yang sudah
berlaku, terus bekerja dengan keras namun kehilangan kesempatan mengetahui
bahwa di dekat kita banyak peluang yang bisa memberi kebahagiaan kepada kita.
Untuk menghindari hal tersebut kita harus menentukan arah hidup kita, tidak
asal ikut-ikutan tradisi yang sudah ada.
Untuk merancang masa depan, langkah
pertama yang harus kita siapkan adalah tetapkan prestasi terbaik yang ingin
kita raih selama hidup di muka bumi. Karena kita spesial dan berharga mahal
jangan sia-siakan hidup kita.
Untuk memulai sesuatu yang
berprestasi dan berharga mahal maka renungkanlah hal berikut ini. Bila saatnya
tiba nanti, Tuhan memanggil kita dan kemudian Dia berkata, “Saya menciptakan
kamu dengan sangat spesial dan berharga mahal, coba ceritakan prestasi-prestasi
apa yang pernah kamu capai ketika kamu hidup di muka bumi yang sebanding dengan
harga kamu ?” apa yang hendak kita ceritakan kepada Tuhan ?
Langkah
III
Jadilah
Seorang Expert
Pilihlah keahlian (expert) yang itu
menyenangkan ketika kita mengerjakan. Bukan hanya itu, keahlian itupun bisa
kita jadikan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidup sebagai ibadah. Karena
kita adalah masterpiece, pasti masing-masing di antara kita memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka temukanlah itu dan jalani hidup dengan
terus-menerus memupuk aspek yang menjadi kelebihan kita. Apabila kita masih
bingung menentukan expert apa yang ingin kita kembangkan,
Ada
langkah-langkah berikutnya:
1. Mulailah dengan mendaftar semua kegiatan yang telah Anda jalani dan
banyak menghabiskan waktu.
2. Kelompokkan kegiatan tersebut menjadi tiga bagian; kegiatan yang Anda
kuasai, kegiatan yang Anda cintai, kegiatan yang menghasilkan. Boleh jadi satu
kegiatan bisa termasuk ke dalam tiga bagian tersebut.
3. Pilih dari daftar itu satu, dua atau tiga hal yang paling Anda kuasai,
Anda cintai, dan menghasilkan.
4. Lihatlah daftar kembali, ciptakan rencana untuk mendelegasikan semua
kegiatan lain kepada orang lain. Kegiatan yang tidak Anda kuasai, cintai dan
menghasilkan serahkanlah kepada orang lain. Biarkanlah hal itu dikuasai,
dicintai dan memberi manfaat bagi orang lain. Dengan cara seperti ini Anda akan
semakin fokus kepada hal yang benar-benar Anda kuasai, cintai, dan
menghasilkan. Ini berarti Anda telah bersiap untuk menjadi seorang expert.
Menyiapkan Wadah yang Besar untuk Masa Depan yang Cemerlang
Setelah seseorang mengetahui dimana
aspek yang menjadi kelebihannya maka langkah selanjutnya adalah berbuat lebih,
bekerja keras menempahnya. Karena hal itu adalah yang menjadi fokus dan
prioritas utama. Stephen Covey, penulis buku best seller, 7 Habits,
berkata, “jangan memprioritaskan jadwal Anda tapi jadwalkan prioritas Anda.”
Sesungguhnya suatu kesuksesan datang sesuai wadah dalam diri kita.
Gelas kecil yang hanya bisa menampung 200 ml, tentu tidak mampu menampung air
lebih dari itu. Karena setiap isi mengiringi wadahnya.
Kesuksesan selalu mencukupi sesuai
wadah. Maka besarkan wadah kita. Sebagai sebuah kepantasan bagi seorang hamba,
bahwa Allah SWT berhak memberikan masa depan yang diinginkan hambanya.
Seperti rezeki selalu mengikuti
tanggung jawab yang diberikan seseorang. Semakin banyak yang diberi penghidupan
sebagai tanggung jawabnya maka semakin besar rezeki datang melimpahi.
Mungkin banyak dari kita yang ingin
menjadi ini dan itu, naik jabatan, namun sekadar nafsu keinginan belaka.
Akhirnya tidak pernah tercapai ternyata dia lupa membesarkan wadahnya. Salah
satu cara untuk membesarkan wadah adalah meningkatkan attention dan perilaku.
Seseorang ingin menjadi manajer atau kepala cabang maka attention dan
perilakunya diusahakan seolah-olah sudah jadi kepala cabang. Bukan gaya dan
lagaknya sebagai bos melainkan berperilaku mudah menolong sesama, mengayomi,
bekerjasama untuk menunjang keberhasilan bersama.
Dengan demikian tanpa disadari
unsur-unsur kebaikan pada diri seseorang akan berkembang, perilaku pun berubah,
dan pengetahuan bertambah dengan
sendirinya. Seiring dengan bertambahnya ilmu, maka bertambahlah kepercayaan orang
lain kepadanya dan tentunya akan semakin dekat dengan kesuksesannya. Wallahu
A’lam.
đź‘Ť
BalasHapus