Selasa, 07 Agustus 2018

Dirimu Adalah Masa Depanmu


Oleh: Mujianto,S.Pd.I*
Mungkin perlu saya awali tulisan ini dengan kutipan dalam batu nisan Westminster Abbey, sang genius, arsitek istana Kerajaan Inggris. Sebagai pesan terakhirnya. Beginilah isinya:
“ Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi mengubah dunia. Lalu seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah, maka cita-cita itu pun agak kupersempit, lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya hasrat itu pun tiada hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat denganku. Tetapi, celakanya mereka pun tidak mau diubah. Dan kini sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari; andai saja yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku, kemudian siapa tahu aku bahkan bisa mengubah dunia.”

Ada sebuah riwayat, Baginda Rosulullah SAW pernah didatangi oleh salah satu umatnya  yang mengelukan tentang perilaku kelima anaknya yang kurang terpuji, dan sulit diatur. Baginda Nabi pun memberikan jawaban agar anak si orang tua itu bisa berubah menjadi lebih baik. Beliau berkata, “Wahai orang tua yang baik, mulai saat ini ubahlah satu demi satu perilakumu menjadi lebih baik, Insya’Allah anak-anakmu akan berubah menjadi lebih baik.   Berusaha merubah diri sendiri dahulu adalah konsep ideal untuk mengubah sesuatu hal lain yang lingkupnya lebih besar. Seperti keluarga, masyarakat sekitar, bangsa, bahkan dunia. Karena memang harus dimulai dari perubahan dari unsur yang terkecil.

‘Dirimu adalah masa depanmu’ merupakan kalimat yang terdiri atas subyek dan predikat. Kalau kita balik akan menjadi ‘masa depanmu adalah dirimu’. Mengandung maksud bahwa yang menentukan masa depan seseorang pada dasarnya adalah dirinya sendiri. Bukan siapa-siapa, bukan orang lain. Dan sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mau merubah nasibnya sendiri”

Pentingnya Meningkatkan Konsep diri dan Mengajarkannya kepada Anak

Konsep diri adalah salah satu pembentuk karakter seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, istimewa atau tidak, pantas meraih masa depan yang cemerlang atau tidak. Salah satunya bergantung terhadap konsep diri yang ia miliki. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang baik, maka rasa percaya dirinya semakin tinggi dan pencapaian-pencapaian dalam berbagai bidang semakin besar.

Konsep diri terbentuk melalui wawasan seseorang, pengalaman, pergaulan, bisa juga dari figur-figur, tokoh-tokoh penting atau idolanya.

Ada anak yang ketika ditunjuk menjadi ketua panitia kegiatan atau tampil di depan kelas untuk presentasi materi tertentu, ia merasa sangat takut dan sudah membayangkan hal-hal yang negatif yang bakal terjadi. Padahal ia dianggap oleh guru dan teman-temannya mampu menjalankan tugas itu. Ini salah satu gambaran anak yang mempunyai konsep diri yang lemah. Sebaliknya berbeda dengan anak yang mempunyai konsep diri yang kuat, ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi bahwa ia akan bisa melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Maka orang tua perlu memberikan kata-kata positif sebagai tonggak penopang konsep dirinya yang akan berkata, “Anakku, tunjukkan Kamu pasti bisa!”, “Kamu anak hebat”, “Kamu punya jiwa kepemimpinan”, dan lain-lain.

Mengutip apa yang disampaikan Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono dalam buku Manage Your Mind for Success, konsep diri terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1.      Diri Ideal (Self-Ideal)
Yaitu sosok individu yang kita ingin menjadi di masa depan. Diri ideal merupakan gambaran mengenai sosok yang sangat kita inginkan bisa menjadi seperti itu di masa depan.
2.      Citra Diri (Self-Image)
Yaitu cara kita melihat diri sendiri dan berpikir mengenai diri kita pada waktu saat ini.
3.      Harga Diri (Self-Esteem)
Yaitu kecenderungan dalam diri seseorang memandang dirinya sebagai pribadi yang mampu dan memiliki keunggulan serta kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang mendasar. Atau seberapa kita suka terhadap diri kita sendiri.

Aktualisasi Diri Anak Sesuai Talentanya Sejak Dini
Bersyukurlah bagi orang-orang yang bekerja atau mengaktualisasikan dirinya sesuai talentanya. Karena ia tidak akan merasa sedang bekerja sambil sesekali memperhatikan jarum jam, tapi ia akan mengalir merasakan kenikmatan dalam pekerjaannya. Pekerjaan dianggap sebagai hobi. Namun kabar dukanya adalah sangat jarang orang yang masuk kategori ini. Dan inilah yang perlu diusahakan orang tua untuk disampaikan kepada anaknya sejak dini. Mereka tahu bakatnya dan mampu mengembangkannya, sehingga kelak ia bisa mengambil keputusan besar dalam hidupnya yang dilandasi dengan kecintaan dan keikhlasan.

Ada dongeng yang meskipun menceritakan tentang dunia hewan bisa kita jadikan pelajaran. Ada raja hutan yang mengadakan konferensi dengan para binatang. Mereka ingin semua binatang penghuni hutan memiliki keahlian dasar. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya diputuskan. Keahlian dasar yang wajib dimiliki oleh penghuni hutan adalah; berenang, terbang, dan lompat. Maka untuk meningkatkan keahlian itu sepakat diadakan pelatihan. Di pekan pertama, ide itu mendapat sambutan yang luar biasa. Namun di pekan kedua dan selanjutnya terjadi keributan yang menimbulkan perselisihan. “ini pemaksaan, ini bertentangan dengan dunia perbinatangan”. Kata sebagian besar binatang yang mengikuti pelatihan. Mengapa terjadi pertentangan ?karena memang gajah, singa, dan binatang besar lainnya yang dilatih untuk terbang tidak pernah berhasil. Begitu pula burung, kelinci, kambing, dan binatang darat lainnya diminta berenang juga tidak pernah berhasil. Mereka semua stres karena harus mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi keahliannya.
Mengutip dari apa yang disampaikan Jamil Azzaini di buku Tuhan, Inilah Proposal Hidupku, bahwa ada langkah-langkah untuk mengaktualisasikan diri agar kita menjadi individu yang punya masa depan pilihan kita sendiri. Setelah itu berbarengan kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Langkah I
Sadarilah bahwa kita Adalah Masterpiece
            Kita adalah mahakarya dari sang pencipta. Setiap individu adalah masterpiece yang tiada duanya. Begitu kita terlahir, tumbuh, dan meninggal maka tidak pernah dan tidak akan pernah ada lagi makhluk seperti kita. Kita benar-benar spesial. Masing-masing dari kita hanya satu-satunya yang ada di muka bumi ini. Tidak ada satupun makhluk yang kehidupannya sama persis dengan kita. Tuhan menciptakan kita semua benar-benar spesial.

            Sesuatu yang spesial pasti berharga mahal. Bila suatu produk diciptakan terbatas pastilah berharga sangat mahal. Jam tangan, mobil, handphone yang diciptakan terbatas berharga milyaran rupiah. Sementara kita bukan hanya diciptakan terbatas akan tetapi kita diciptakan hanya satu-satunya di muka bumi. Harga kita tentu super mahal.
Lankah II
Tetapkan Prestasi Terbaik yang Ingin Kita Raih
             Kita hidup mengikuti kebiasaan yang sudah berlaku, terus bekerja dengan keras namun kehilangan kesempatan mengetahui bahwa di dekat kita banyak peluang yang bisa memberi kebahagiaan kepada kita. Untuk menghindari hal tersebut kita harus menentukan arah hidup kita, tidak asal ikut-ikutan tradisi yang sudah ada.

            Untuk merancang masa depan, langkah pertama yang harus kita siapkan adalah tetapkan prestasi terbaik yang ingin kita raih selama hidup di muka bumi. Karena kita spesial dan berharga mahal jangan sia-siakan hidup kita.

            Untuk memulai sesuatu yang berprestasi dan berharga mahal maka renungkanlah hal berikut ini. Bila saatnya tiba nanti, Tuhan memanggil kita dan kemudian Dia berkata, “Saya menciptakan kamu dengan sangat spesial dan berharga mahal, coba ceritakan prestasi-prestasi apa yang pernah kamu capai ketika kamu hidup di muka bumi yang sebanding dengan harga kamu ?” apa yang hendak kita ceritakan kepada Tuhan ?

Langkah III
Jadilah Seorang Expert
            Pilihlah keahlian (expert) yang itu menyenangkan ketika kita mengerjakan. Bukan hanya itu, keahlian itupun bisa kita jadikan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidup sebagai ibadah. Karena kita adalah masterpiece, pasti masing-masing di antara kita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Maka temukanlah itu dan jalani hidup dengan terus-menerus memupuk aspek yang menjadi kelebihan kita. Apabila kita masih bingung menentukan expert apa yang ingin kita kembangkan,
Ada langkah-langkah berikutnya:
1.      Mulailah dengan mendaftar semua kegiatan yang telah Anda jalani dan banyak menghabiskan waktu.
2.      Kelompokkan kegiatan tersebut menjadi tiga bagian; kegiatan yang Anda kuasai, kegiatan yang Anda cintai, kegiatan yang menghasilkan. Boleh jadi satu kegiatan bisa termasuk ke dalam tiga bagian tersebut.
3.      Pilih dari daftar itu satu, dua atau tiga hal yang paling Anda kuasai, Anda cintai, dan menghasilkan.
4.      Lihatlah daftar kembali, ciptakan rencana untuk mendelegasikan semua kegiatan lain kepada orang lain. Kegiatan yang tidak Anda kuasai, cintai dan menghasilkan serahkanlah kepada orang lain. Biarkanlah hal itu dikuasai, dicintai dan memberi manfaat bagi orang lain. Dengan cara seperti ini Anda akan semakin fokus kepada hal yang benar-benar Anda kuasai, cintai, dan menghasilkan. Ini berarti Anda telah bersiap untuk menjadi seorang expert.
Menyiapkan Wadah yang Besar untuk Masa Depan yang Cemerlang
                        Setelah seseorang mengetahui dimana aspek yang menjadi kelebihannya maka langkah selanjutnya adalah berbuat lebih, bekerja keras menempahnya. Karena hal itu adalah yang menjadi fokus dan prioritas utama. Stephen Covey, penulis buku best seller, 7 Habits, berkata, “jangan memprioritaskan jadwal Anda tapi jadwalkan prioritas Anda.”

Sesungguhnya suatu kesuksesan datang sesuai wadah dalam diri kita. Gelas kecil yang hanya bisa menampung 200 ml, tentu tidak mampu menampung air lebih dari itu. Karena setiap isi mengiringi wadahnya.

            Kesuksesan selalu mencukupi sesuai wadah. Maka besarkan wadah kita. Sebagai sebuah kepantasan bagi seorang hamba, bahwa Allah SWT berhak memberikan masa depan yang diinginkan hambanya.

            Seperti rezeki selalu mengikuti tanggung jawab yang diberikan seseorang. Semakin banyak yang diberi penghidupan sebagai tanggung jawabnya maka semakin besar rezeki datang melimpahi.

            Mungkin banyak dari kita yang ingin menjadi ini dan itu, naik jabatan, namun sekadar nafsu keinginan belaka. Akhirnya tidak pernah tercapai ternyata dia lupa membesarkan wadahnya. Salah satu cara untuk membesarkan wadah adalah meningkatkan attention dan perilaku. Seseorang ingin menjadi manajer atau kepala cabang maka attention dan perilakunya diusahakan seolah-olah sudah jadi kepala cabang. Bukan gaya dan lagaknya sebagai bos melainkan berperilaku mudah menolong sesama, mengayomi, bekerjasama untuk menunjang keberhasilan bersama.

            Dengan demikian tanpa disadari unsur-unsur kebaikan pada diri seseorang akan berkembang, perilaku pun berubah, dan  pengetahuan bertambah dengan sendirinya. Seiring dengan bertambahnya ilmu, maka bertambahlah kepercayaan orang lain kepadanya dan tentunya akan semakin dekat dengan kesuksesannya. Wallahu A’lam.
                                                           
           



1 komentar: