Oleh Mujianto, M.Pd.
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Tahu akan yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan."
QS. At-Taubah: 105
Perubahan adalah bagian
tak terhindarkan dari kehidupan. Setiap orang, cepat atau lambat, akan
dihadapkan pada titik di mana mereka harus tumbuh, menyesuaikan diri, atau mengevaluasi
kembali jalan hidupnya. Namun, yang sering kali menjadi persoalan adalah
motivasi di balik perubahan itu.
Tidak sedikit orang yang
berubah bukan karena mereka ingin atau butuh, tapi karena tekanan sosial,
keinginan untuk diterima, atau rasa takut ditolak. Inilah yang membuat
perubahan menjadi beban, bukan pertumbuhan.
Dalam kehidupan sosial,
manusia memiliki kecenderungan alami untuk diterima dan disukai oleh
lingkungannya. Ini adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia akan pengakuan.
Namun, masalah mulai muncul ketika seseorang mulai mengorbankan jati dirinya
demi memenuhi ekspektasi orang lain. Mengubah sikap, atau bahkan prinsip hidup
hanya untuk menyenangkan orang lain.
Menyenangkan semua orang
adalah misi mustahil, dan mencoba melakukannya hanya akan membawa kelelahan
emosional. Penting untuk memahami bahwa kita tidak bisa mengendalikan cara
orang lain memandang kita. Seberapa keras pun usaha kita untuk tampil seperti
yang mereka inginkan, tetap akan ada kritik, tuntutan baru, dan ekspektasi yang
tak pernah habis.
Berubahlah, tapi karena kita
ingin tumbuh. Berubahlah, karena kita tahu ada ruang untuk menjadi lebih baik.
Tapi jangan pernah berubah hanya untuk membuat orang lain senang, sementara kita
sendiri merasa terasing dari diri sendiri. Dunia akan selalu punya pendapat,
dan responnya masing-masing tapi hidup
yang kita jalani sepenuhnya adalah milik kita sendiri. Maka, jadilah versi
terbaik dari diri kita sendiri.
Berbuat Karena untuk Mencapai Tujuan
Dalam perjalanan hidup,
kita sering kali dihadapkan pada pilihan. Bertindak karena keinginan pribadi
untuk berkembang, atau bertindak karena ingin terlihat baik di mata orang lain.
Banyak orang terjebak dalam pola pikir bahwa validasi eksternal adalah tolok
ukur keberhasilan.
Tindakan yang didasarkan
pada keinginan menyenangkan orang lain biasanya hanya memberi kepuasan sesaat, bukan
kepuasan yang bermakna dan bertahan lama. Melangkah mengejar prestasi yang
seharusnya bagian dari tujuan hidup, bukan karena ingin mendapat tepuk tangan,
pengakuan, atau diterima dalam lingkaran sosial tertentu.
Tindakan yang lahir dari
tujuan yang benar, jauh lebih kuat dan berakar dalam. Tujuan yang benar memberi arah
yang jelas, membentuk karakter, dan melahirkan konsistensi.
Berbuat untuk mencapai tujuan adalah bentuk penghargaan terhadap waktu dan potensi diri. Itu adalah komitmen pada pertumbuhan sejati. Sedangkan berbuat demi menyenangkan orang lain sering kali membuat kita lelah secara emosional.
Maka penting untuk selalu
bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku melakukan ini karena itu bagian
dari panggilan jiwaku, apakah ini prestasi yang harus aku usahakan? Atau hanya
karena aku ingin terlihat baik dan berhasil di mata orang lain? Wallahu a’lam
bis-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar